DEFINISI
Empiema adalah adanya eksudat purulent dalam cavum pelura. Pus dalam rongga pleura yang disebabkan oleh infeksi seperti pneumonia atau abses paru-paru terjadi setelah operasi atau akibat luka tusuk dada.Empiema terdiri dari tiga bentuk, yaitu: empiema torakal, empiema tuberkulosis, empiema pneumoni.
ETIOLOGI
Empiema disebabkan oleh: Pneumonia
,
Abses paru-paru,
Bronkiektasis,
Infeksi intraabdominal,
Atau langsung dari pengotoran pleura,
Tuberkulosis,
Jamur aktinomikosis,
Emboli metastasis dari fokus jauh,
Karsinoma bronkogenik,
Osteomielitis,
Trauma tembus.
FASE-FASE PADA EMPIEMA
1. Fase eksudatif terjadi sebagai reaksi terhadap inflamasi atau infeksi, dan ini ditandai dengan efusi pleura eksudatif.2. Fase fibrinopurulen ditandai khas dengan adanya nanah intrapelural dan deposisi fibrin pada permukaan pleura. Cairan akan lebih kental dan cenderung mengadakan lukolasi. Paru-paru-paru-paru menjadi terfixer.
3. Fase organisasi ditandai khas dengan perlekatan paru-paru dan terjadinya paru-paru-paru-paru reskriktif karena terbentuknya jaringan fibroblastik. Sequelae yang sering terjadi adalah fistula bronchopleural atau pleurocutancus.
GEJALA KLINIS
Karena penyakit ini merupakan komplikasi, maka terdapat gejala dari penyakit primernya disertai rasa nyeri dada, batuk dan tanda-tanda tosik seperti keluarnya dahak. Pada torakosintesis: keluar pus, dengan pembiakan dan tes resistensi dapat diketahui penyebabnya dan terapi yang sesuai.PENGOBATAN
˜ Tergantung penyebab. Bila karena cocus, berikan penisilin, streptomisin, sefalotin atau kanamisin. Bila telah ada hasil kultur, beri antibiotik yang sesuai. Bila karena tuberkulosis beri obat-obat tuberkulosis.˜ Cara konservatif,
Aspirasi dengan jarum berulang-berulang. Keluarkan sebanyak-banyaknya, kemudian cuci rongga pleura dengan larutan garam fisiologis. Misalnya dapat dikeluarkan cairan 400 cc, masukkan larutan garam fisiologis sebanyak 200 cc, keluarkan lagi, masukkan lagi larutan garam fisiologis 100 cc dan seterusnya.
˜ Aspirasi terus-menerus secara menutup (water sealed draibage).
Bila cairan tidak keluar lagi, penderita harus mengejan atau dikeluarkan dengan pompa. Boleh dilakukan pencucian setiap hari dengan larutan garam fisiologis atau ditambahkan obat-obatan (Lugol dan Jodonasin 2%). Setelah itu masukan obat, misalnya larutan penicillin dalam aqua sampai 1 juta unit.
Kadang-kadang cairan empiema ini sangat kental sehingga perlu dihancurkan terlebih dahulu dengan obat-obat mukolitik seperti:
- streptokinase + streptodormase. Masukan ke cavum pleura selama 12 jam, kemudian lakukan lagi.
- Bisolvon.
- Danzen.
Aspirasi boleh dilakukan selama 2-3 minggu. Bila cairan tidak mungkin berkurang perlu tindakan bedah yaitu reseksi iga. Iga dipotong 2-3 cm, supaya bisa dimasukkan drain yang lebih besar dan lanjutkan dengan WSD.
Bila setelah 6-8 minggu tidak ada perbaikan, perlu diadakan operasi torakotomi dan dekortikasi (mengangkat pleura dan kemudian jaringan paru-paru dilekatkan pad dinding toraks). Kadang-kadang jaringan paru-paru telah rusak (terutama pada empiema tuberkulosa) sehingga sukar sembuh, karena itu perlu pleuro-pneumonektomi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus dengan empiema torakal, antara lain:
1. Ketidakefektifan pola pernafasan yang berhubungan dengan penurunan ekspansi paru-paru sekunder terhadap dorongan dalam rongga pleura.
Intervensi
- Kaji pernafasan, catat perubahan, frekuensi, kedalaman, dan kualitasnya.
- Kaji gerakan dada, perhatian tanda simetris.
- Auskultasi bunyi dada setiap 2 sampai 4 jam.
- Baringkan pada dalam posisi duduk, dengan bagian kepala tempat tidur ditinggikan 60-90.
- Berikan oksigen per nasal kanul dengan 2-6 liter/menit sesuai pesanan kecuali terdapat kontra indikasi.
- Kaji pemasangan selang dada.
- Berikan oksigen dan IPPB sesuai pesanan.
- Pantau TD, S, P, dan nadi apikal setiap 2 jam sampai 4 jam.
- Berikan obat-obatan sesuai pesanan.
- Tinjau ulang seri pemeriksaan sinar x dada dan GDA sesuai pesanan.
- Bantu dan ajarkan pasien untuk:
a. Nafas dalam setiap 2-4 jam; baringkan pasien pada bagian yang terkena; gunakan pernafasan diafragmatik, segmental.
b. Berikan dorongan untuk menggunakan spirometer ansentif.
c. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif pada ekstremitas setiap 4 jam.
- Berikan dorongan untuk batuk: bantu pasien untuk membebat bagian yang terkena ketika batuk.
- Hindari peregangan, penjuluran atau gerakan yang tiba-tiba.
2. Nyeri dada yang berhubungan dengan faktor-faktor biologis (trauma jaringan) dan faktor-faktor fisik (pemasangan selang dada).
Intervensi
- Kaji terhadap adanya nyeri (verbal dan nor verbal).
- Berikan analgesik sesuai pesanan.
- Kaji keefektifan tindakan penurunan rasa nyeri.
- Berikan obat pada pasien sebe-lum latihan batuk /bernapas.
- Instruksikan pasien pada teknik pembebatan.
- Amankan selang dada untuk membatasi gerakan dan menghindari iritasi.
3. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan diri.
Intervensi
- Kaji tingkat pengertian tentang proses penyakit.
- Diskusikan gejala untuk dilaporkan pada dokter: kesulitan bernapas, nyeri dada saat inspirasi, peningkatan suhu tubuh, batuk menetap, batuk dengan banyak mengandung sputum.
- Jelaskan pentingnya untuk menghindari orang dengan infeksi terutama ISPA.
- Diskusikan gejala demam atau flu untuk dilaporkan pada dokter.
- Diskusikan pentingnya batuk dan nafas dalam.
- Jelaskan pentingnya melakukan latihan toleransi: rencanakan waktu istirahat dan hindari keletihan.
- Jelaskan pentingnya vaksinasi influenza sesuai pesanan.
- Diskusikan obat-obatan: nama, dosis, waktu pemberian, tujuan, dan efek sampingnya.
- Jelaskan pentingnya menghindari obat-obatan yang dijual bebas tanpa membicarakannya terlebih dahulu dengan dokter.
DAFTAR PUSTAKA
Junaidi, P. ---. Kapita Selekta Kedokteran Edisi II. Jakarta: Media Aesoulapius, FKU.
Tucker, Susan Martin et al.1999, Standar Perawatan Pasien Edisi V Vol 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC
------. Pedoman Pengobatan. Jakarta: Yayasan Essensia Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar